1. Pendekatan Subyek Akademik (bidang studi)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata
pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum. Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan
sifat perencanaan program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses
dalam disiplin ilmu tertentu.
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak
sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Pendekatan
subyek akademik dalam menyususn kurikulum atau program pendidikan didasarkan
pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan
memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya.
Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih
dulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Tujuan kurikulum
subyek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses penelititan.
2. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered)
dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan
sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini
bahwa kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral
dalam kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.
Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak
dari ide memanusiakan manusia. Penciptaan konteks yang memberi peluang manusia
untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar
filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengmbangan program pendidikan.
Kurikulum pada pendekatan ini mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut:
a. Partisipasi, kurikulum ini menekankan partisipasi
murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai
bentuk aktivitas kelompok. Melalui partisipasi kegiatan bersama, murid-murid
dapat mengadakan perundingan, persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung
jawab bersama, dan lain-lain. Ini menunjukkan cirri-ciri yang non- otoriter
b. Integrasi, melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan
kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, dan
juga tindakan.
c. Relevansi, isi pendidikan relevan dengan kebutuhan,
minat dan kebutuhan murid karena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.
d. Pribadi anak, pendidikan ini memberikan tempat utama
pada kepribadian anak.
e. Tujuan, pendidikan ini bertujuan pengembangan pribadi
yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara
menyeluruh.
3. Pendekatan Teknologis
Pendekatan teknologis
dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan
teknologis, bilamana yang menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis
masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menilainya.
Pesan-pesan
pendidikan agama Islam tidak semua dapat didekati secara teknologis. Sebagai
contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap Allah
Swt., malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan lainnya. Masalah kesadaran keimanan
banyak mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku
riil atau konkritnya. prinsip efisiensi dan efektivitas (sebagai ciri khas
pendekatan teknologis) kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh
guru, karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan
berakhlak Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam,
memerlukan proses yang relatif lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya
dengan hanya mengandalkan pada kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan
pendekatan teknologis. Kerena itu perlu menggunakan pendekatan lain yang
bersifat non-teknologis.
4. Pendekatan Rekontruksionalisme
Pendekatan ini
disebut juga pendekatan rekontruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah
penting yang dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, malapetaka
akibat tujuan teknologi dan lain-lain.
Dalam gerakan in
terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangannya terhadap kurikulum,
yaitu:
a. Rekontruksionalisme Konservatif
Pendekatan
ini menganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan
individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang
paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
b. Rekontruksionalisme Radikal
Golongan
radikal ini berpendapat bahwa kurikulum yang sedang mencari pemecahan masalah
sosial ini tidak memadai. Kelompok ini ingin menggunakan pendidikan untuk
merombak tata social dan lembaga social yang ada dan membangun struktur sosial
baru.
Komentar
Posting Komentar