Dalam kehidupan
sosial, setiap orang (individu) dengan orang lain (individu lain) selalu
berinteraksi karena semua orang atau manusia adalah makhluk sosial yaitu
makhluk yang selalu membutuhkan orang lain. Dari mulai bangun tidur sampai
menjelang tidur , setiap orang melakukan interaksi satu sama lain (pada
umumnya). Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun
antara orang-perorangan dalam kelompok manusia. Proses interaksi sosial terjadi
melalui kontak sosial dan komunikasi. Tanpa keduanya,proses interaksi sosial
takkan pernah terjadi karena keduanya merupakan syarat mutlak untuk melakukan
interaksi. Kontak sosial dapat terjadi walaupun tanpa komunikasi.
Dalam pandangan
psikologi, seseorang dalam berkomunikasi juga dipengaruhi oleh factor kejiwaan.
Salah satunya adalah persepsi. Persepsi merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan
suatu informasi yang mana sebelumnya Ia sudah mengumpulkan pengetahuan dan
disimpan di dalam memori apa yang ditangkap oleh indra pesan-pesan atau
informasi terdahulu.Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain, terkadang kita menyadari bagaimana diri kita saat ini( actual
self), bagaimana diri yang kita inginkan( ideal self), dan bagaimana diri kita
seharusnya( Ought self). Kita menyadari diri kita, sikap kita, dan
seperti apa diri kita setelah mendapat informasi dari orang lain maupun dari
pembelajaran diri kita.. Dari latar belakang tersebut.
Akar yang
mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal
dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor
tersebut, yaitu:
Faktor-faktor
personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
1. Kesamaan
karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai,
sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki
kecenderungan saling menyukai. Menurut teori Cognitive consistencydari
Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai
konsistensi dalam sikap dan perilakunya.
Contoh : Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan
berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan
dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda,
dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.
2. Tekanan
emosional (stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang
mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, maka ia akan menginginkan
kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini dibuktikan oleh Stanley Schacter
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan membuat sebuah eksperimen. Ia
mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama dia menyatakan
bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik
yang sangat menyakitkan. Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan
bahwa mereka hanya mendapat kejutan yang ringan saja. Dari kedua kelompok
tersebut Schacter menemukan bahwa kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%,
sedangkan kelompok kedua memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut
Schacter menyimpulkan bahwa situasi yang membuat orang cemas akan meningkatkan
kebutuhan akan kasih sayang.
3. Harga
diri yang rendah
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila
harga diri seseorang direndahkan, harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain)
bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang
yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
4. Isolasi
sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan
dengan hidup terasing untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama.
Isolasi sosial merupakan pengalaman yang tidak enak. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat berpengaruh terhadap kesukaan
kita pada orang lain.
Komentar
Posting Komentar