Stereotip ---------> Prasangka
Stereotip merupakan aspek kognitif yang terjadi akibat adanya
pengetahuan yang terbatas terhadap suatu objek, sedangkan disposisi dari
stereotip cenderung akan menimbulkan sikap berprasangka sebagai bentuk aspek
afektifnya. Sedangkan dilihat dari aspek konatifnya, cenderung dapat
menimbulkan tindakan diskriminasi yang merupakan disposisi dari sikap
berprasangka hendaknya kita sebagai calon konselor mampu menghindari sikap
prasangka/perasaan negatif dan stereotip terhadap konseli.
Etik mencakup pada temuan-temuan yang
tampak konsisten atau tetap di berbagai budaya, dengan kata lain sebuah etik
mengacu pada kebenaran atau prinsip yang universal. Etik merupakan penggunaan
sudut pandang orang luar yang berjarak (dalam hal ini siapa yang mengamati)
untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat.
Dalam konseling lintas budaya
menggunakan perspektif objektif ini seorang konselor akan menggunakan dua
pendekatan kebudayaan yang berbeda terhadap klien. Penggunaan perbedaan
kebudayaan dilakukan untuk menunjukkan dimensi dan variabilitas kebudayaan dan
untuk menunjukkan bahwa teori-teori komunikasi antar budaya tidak dimaksudkan
untuk meneliti perbedaan budaya. Emik Etik Peneliti mempelajari perilaku
manusia dari luar kebudayaan objek konseling, konselor menguji banyak
kebudayaan dan membandingkan kebudayaan tersebut, Struktur kebudayaan ditemukan
sendiri oleh konselor, Struktur diciptakan oleh konselor, Umumnya
kriteria-kriteria yang diterapkan ke dalam karakteristik kebudayaan sangat
realtif, Kriteria-kriteria kebudayaan bersifat mutlak dan berlaku universal.
Sedangkan emik sebaliknya, mengacu pada
temuan-temuan yang tampak berbeda untuk budaya yang berbeda, dengan demikian,
sebuah emik mengacu pada kebenaran yang bersifat khas-budaya misalnya, mencoba
menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu
sendiri. Pada prinsipnya dalam konseling yang menggunakan perspektif emik maka
konselor “menjadikan dirinya” sebagai bagian dari kebudayaan klien, atau dengan
kata lain, konselor bertindak sebagai individu penuh karena dia masuk dalam
suatu struktur budaya tertentu. proses konseling Pendekatan emikpun sering
menyebabkan atau menjadikan konselor menarik kesimpulan tentang suatu budaya
tertentu berdasarkan ukuran-ukuran yang berlaku pada kebudayaan klien.
Karena implikasinya pada apa yang kita
ketahui sebagai kebenaran, emik dan etik merupakan konsep-kosep yang kuat.
Kalau kita tahu sesuatu tentang prilaku manusia dan menganggapnya sebagai
kebenaran, dan hal itu adalah suatu etik (alias universal), maka kebenaran
sebagaimana kita ketahui itu adalah juga kebenaran bagi semua orang dari budaya
apa pun.
Pendekatan emik dalam hal ini memang
menawarkan sesuatu yang lebih obyektif. Karena tingkah laku kebudayaan memang
sebaiknya dikaji dan dikategorikan menurut pandangan orang yang dikaji itu
sendiri, berupa definisi yang diberikan oleh masyarakat yang mengalami
peristiwa itu sendiri. Bahwa pengkonsepan seperti itu perlu dilakukan dan
ditemukan dengan cara menganalisis proses kognitif masyarakat yang dikaji dan
bukan dipaksakan secara etnosentrik, menurut pandangan peneliti.
Jika yang kita ketahui tentang prilaku
manusia dan yang kita anggap sebagai kebenaran itu ternyata adalah suatu emik
(alias bersifat khas-budaya), maka apa yang kita anggap kebenaran tersebut
belum tentu merupakan kebenaran bagi orang dari budaya lain.
Secara sangat sederhana dapat saya
simpulkan bahwa emik mengacu pada pandangan konselor terhadap kebudayaan klien,
sedangkan etik mengacu pada pandangan konselor terhadap kebudayaan secara
keseluruhan dalam proses konseling.
Jadi dengan konsep atau landasan teori
maka dalam melakukan proses hubungan konseling dengan klien, maka pendekatan
yang akan saya lakukan adalah memahami klien seutuhnya. Memahami klien
seutuhnya ini berarti yang harus saya lakukan adalah bisa atau dapat memahami
budaya klien secara spesifik yang mempengaruhi klien, memahami keunikan klien
dan memahami manusia secara umum atau universal yang sifatnya
keseluruhan(Etik).
Komentar
Posting Komentar